SimetrisNews - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, disebut-sebut menolak rencana Israel membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan, Trump menyebut itu "bukan ide yang bagus", menurut laporan media AS.
Selain ingin menghancurkan program nuklir Iran, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, rupanya memiliki tujuan yang lebih besar sejak melancarkan rangkaian serangan ke berbagai lokasi di Iran, pada Jumat (13/06) lalu.
Dia membenarkan bahwa penggulingan rezim di Iran merupakan bagian dari upaya Israel.
Netanyahu juga telah menyampaikan seruan langsung kepada rakyat Iran agar bangkit melawan para pemimpin mereka.
Melalui artikel ini, kita akan melihat siapa pemimpin tertinggi Iran? Kekuasaan apa yang dipegangnya di Iran? Lalu, peran apa yang dimainkan keluarganya dalam politik Iran?
Ayatollah Ali Khamenei adalah pemimpin tertinggi kedua negara itu sejak Revolusi Islam 1979.
Kaum muda Iran tidak pernah mengalami era tanpa sosok Khamenei mengingat dia telah menduduki jabatan puncak tersebut sejak 1989.
Khamenei menempati posisi paling berkuasa di tengah-tengah jaringan kekuasaan yang saling bersaing. Dia mampu memveto setiap kebijakan publik dan punya hak untuk memilih kandidat pejabat publik.
Sebagai kepala negara dan panglima tertinggi militer, yang mencakup Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), jabatannya membuatnya sangat berkuasa.
Khamenei lahir di Mashhad, kota terbesar kedua di Iran, pada 1939.
Dia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dalam keluarga religius. Ayahnya adalah seorang ulama Syiah.
Sejak kecil, pendidikannya didominasi oleh kajian Al-Quran. Dia bahkan memenuhi syarat sebagai ulama pada usia 11 tahun.
Namun, seperti banyak pemimpin agama pada saat itu, karyanya lebih bersifat politis daripada spiritual.
Sebagai seorang orator yang efektif, Khamenei bergabung dengan para pengritik Shah Iran, raja yang akhirnya digulingkan oleh revolusi Islam.
Selama bertahun-tahun, ia hidup di bawah tanah dan mendekam di penjara. Ia ditangkap enam kali oleh polisi rahasia Shah, disiksa, dan diasingkan di dalam negeri.
Setahun setelah Revolusi Islam 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini mengangkatnya sebagai pemimpin salat Jumat di ibu kota, Teheran.
Khamenei kemudian terpilih sebagai presiden pada 1981. Selang delapan tahun kemudian, dia dipilih oleh para pemuka agama sebagai penerus Ayatollah Khomeini yang meninggal pada usia 86 tahun.
Seberapa berpengaruh putra Khamenei, Mojtaba?
Ali Khamenei jarang bepergian ke luar negeri dankabarnyahidup sederhana di sebuah kompleks di pusat Kota Teheran bersama istrinya.
Dia disebut-sebut gemar berkebun dan membaca puisi. Dia diketahui kerap merokok pada masa mudanya, hal yang tidak biasa bagi seorang tokoh agama di Iran.
Fungsi lengan kanannya hilang akibat sebuah upaya pembunuhan pada 1980-an.
Khamenei dan istrinya, Mansoureh Khojasteh Baqerzadeh, memiliki enam orang anakempat putra dan dua putri.
Keluarga Khamenei jarang muncul di depan publik atau di media. Informasi resmi dan terverifikasi tentang kehidupan pribadi anak-anaknya terbatas.
Dari keempat putranya, Mojtaba, anak kedua, adalah yang paling dikenal karena pengaruhnya dan peran penting yang dimainkannya di lingkaran dalam ayahnya.
Mojtaba bersekolah di SMA Alavi di Teheran, sebuah sekolah yang murid-muridnya biasanya adalah anak-anak pejabat senior Republik Islam.
Dia menikah dengan putri Gholam-Ali Haddad-Adel, seorang tokoh konservatif terkemuka, pada saat ia belum menjadi ulama dan baru berencana memulai studi keagamaan di Qom.
Mojtaba kemudian mengenyam studi agama secara formal di Qomlembaga kajian Syiah paling terkemuka di Iran pada usia 30 tahun.
Pada pertengahan 2000-an, pengaruh Mojtaba di bidang politik menjadi lebih jelas, meskipun hal ini jarang diakui di media.
Mojtaba menjadi sorotan setelah pemilihan presiden yang kontroversial pada 2004, ketika Mehdi Karroubi, seorang kandidat terkemuka, secara terbuka menuduhnya melakukan campur tangan di belakang layar demi menguntungkan Mahmoud Ahmadinejad.
Kritik itu dituangkan dalam sebuah surat terbuka kepada Ayatollah Khamenei.
Sejak 2010-an, Mojtaba secara luas dianggap sebagai salah satu individu paling berkuasa di Republik Islam Iran.
Berbagai kisah anekdot menunjukkan bahwa ia adalah kandidat pilihan Khamenei untuk menggantikannya. Namun, beberapa sumber resmi telah membantah kisah-kisah ini.
Meskipun Ali Khamenei bukan seorang raja dan tidak dapat begitu saja menyerahkan takhta kepada anaknya, Mojtaba memiliki kekuasaan signifikan dalam lingkaran ayahnya, termasuk kantor Pemimpin Tertinggi yang menaungi badan-badan konstitusional.
Bagaimana dengan putra-putranya yang lain?
Mustafa Khamenei adalah putra tertua Khamenei. Istrinya adalah putri Azizollah Khoshvaght, seorang ulama tradisional yang sangat konservatif.
Mustafa dan Mojtaba bertugas di garis depan selama perang Iran-Irak pada tahun 1980-an.
Putra ketiga Ali Khamenei adalah Masoud, yang lahir pada 1972.
Ia menikah dengan Susan Kharazi, putri Mohsen Kharazi, seorang ulama terkenal yang berafiliasi dengan Asosiasi Guru yang konservatif di lembaga kajian keagamaan Qom.
Putra Mohsen Kharazi, saudara kandung Susan Kharazi adalah Mohammad Sadegh Kharazi, seorang mantan diplomat dengan kecenderungan reformis.
Masoud Khamenei menjauh dari lingkaran politik, dan hanya sedikit yang diketahui publik tentang sosoknya.
Ia pernah mengepalai kantor yang mengelola pekerjaan ayahnya sekaligus berfungsi sebagai sayap propaganda utama bagi Khamenei. Masoud juga bertanggung jawab menyusun biografi dan memoar ayahnya.
Putra bungsu Khamenei, Meysam, lahir pada 1977. Seperti ketiga abangnya, ia juga seorang ulama. Istrinya yang namanya tidak disebutkan di media adalah putri Mahmoud Lolachian, seorang pedagang kaya dan berpengaruh yang dikenal karena memberikan dukungan finansial kepada para ulama revolusioner sebelum revolusi 1979.
Meysam telah bekerja bersama Masoud di Kantor Pelestarian dan Penerbitan karya-karya ayah mereka.
Dua putri Khamenei
Tidak banyak yang diketahui publik tentang putri-putri Khamenei.
Bushra dan Hoda adalah dua putri Khamenei dan keduanya lahir setelah revolusi 1979.
Bushra lahir pada 1980 dan menikah dengan Mohammad-Javad Mohammadi Golpayegani, putra Gholamhossein (Mohammad) Mohammadi Golpayegani, yang merupakan kepala staf di kantor Khamenei.
Hoda, anak bungsu Khamenei, lahir pada 1981. Ia menikah dengan Mesbah al-Hoda Bagheri Kani, yang menempuh studi pemasaran dan mengajar di Universitas Imam Sadiq.